Minggu, 06 Desember 2009

cerpen: cinta mengucap syukur

Cinta Mengucap Syukur
14 September 2009

“Dalam butiran air mataku sungguh menjadi iba yang ingin ku bawa mengalir menuju kebahagiaan yang tertunda. Sulitnya aku untuk bisa percaya sekaligus … dengan dirimu.
Apa yang kau inginkan dariku? Yang kupunya hanyalah butiran perih dan duka. kau bisa bahagia tanpa ku saat ini. Teruskanlah!. Sesungguhnya kau tak butuh diriku. Dari pada bersamaku kau justru merundung pilu, lebih baik kau raih angan cita dan bahagiamu sayang!
Raihlah bahagiamu tanpa diriku. Aku rela seandainya aku ini hanyalah sampah yang kau perlukan untuk kau jual agar mendapat selembar dua lembar penghidupan. Aku rela. Asal jangan kau katakan bersamaku kau…merundung pilu…aku tak rela….
Biarlah kita hidup berdampingan namun penuh syukur daripada kita hidup bersama namun tak bersyukur…..
Yang ku ingin saat ini kebaha-giaan bagimu. Aku tak peduli menjadi-kan racun itu hanya untukku….kau tidak….kau tak perlu menungguku bangun atau meminum pula racun itu…….kau cukup pergi melihat indahnya mentari…..yang menyambutmu dengan senyuman……..biarlah aku bahagia bersama kerelaanku ini…..dan biarlah aku melihat orang lain bahagia asal tujuanku hanya satu….syurga bagimu dan bagiku.
Tak tau kau siapa. Yang ku tahu bahagiamu itu sungguh berarti bagiku. Tak tau apa yang kau perbuat?.....yang kutahu kau tersenyum saja………tak tau apa yang kau pikirkan….yang kutahu kau itu sungguh bermental baja……….tak tahu apa yang menjadi anganmu…….yang ku tahu aku tak ingin menjadikan bahagiaku diatas deritamu.
Aku tak akan menyalahkan waktu ini………..kukatakan saja tiap perkenalan itu memberi arti………….tak mau kusesali ……..akan aku syukuri walau hanya sejengkal.
Tak mungkin aku bisa mengungkap lagi apa-apa yang sudah aku lalui selama ini………..biarlah kita jalani………biarlah kita satukan pendapat……………aku tak ingin memaksa walau hatiku merintih minta untuk menjerit…..walaupun darahku mengucur minta untuk di semprotkan menyirami bunga-bunga yang gugur…………hanya ini yang kupunya……hanya ini saja.
Ku tak ingin menjadikan dirimu perhiasan………lebih dari itu…….kau sangat berharga………..apalah aku……….apalah dirimu………yang kutahu kita hanyalah hamba –Nya yang patut mengucap syukur atas pertemuan dua insan.

Hari itu pertemuanku denganmu. Hari itu aku terduduk bersandar dilapisi dinginnya bumi menembus pori-pori lantai permaisuri. Yang ku tahu matamu hanya tertuju pada setiap wanita yang lewat. Tak terkecuali aku. Ya…tentu saja, aku ini wanita yang menarik perhatianmu saat pikiranmu sedang gundah memikirkan ini dan itu. Aku tahu. Kau adalah segelintir orang itu… ku biarkan pikiran-pikiran liarku membujuk dirimu yang duduk diantara singgasana indahnya permaisuri. Ya…kau duduk di kursi, tapi aku di lantai. Tidak sopan memang. Seharusnya kau mempersilahkan wanita untuk duduk di tempat yang lebih terhormat itu. Tapi aku lebih tahu. Aku tahu kau mencoba mendapat sesuatu hari ini. Tidak hanya satu tapi dua bahkan tiga hal sekaligus.
Aku? Ya…aku juga menginginkan sesuatu hari ini. Sesuatu yang barangkali bisa membuatku merinding bahkan merintih minta dipermainkan cinta. Sekali lagi, sekali saja. Aku memang cerewet. Ha..ha…itulah kata ibuku. Ibu yang membuatku sampai pada hari pertemuan aku dan kau. Kau dan aku pastinya harus berterimakasih padanya dan padanya. Ibuku dan ibumu.
Perbedaan aku dan kau. Aku hanya ingin memberi sinyal namun kau yang menangkap sinyal itu. Untuk kau manfaatkan dan kau kembangkan. Aku hanya menunggu agar kau membayar atas semua sinyal yang sudah kau ambil dariku. Tidak. Tidak hari ini. Tapi nanti. Dikredit. Ha..ha..
Cinta itu akhirnya bersabda mengutus hati ini untuk disandarkan. Aku inginkan kerinduan darimu. Kau katakan itu. Aku inginkan kata sayang darimu dan kau katakan itu pula. Namun aku tak mendapat satu hal darimu, “cinta”. Kau tidak mencintaiku. Tidak memang. Yang kumau kau mencintai Tuhanmu, Tuhanku, Allah SWT.
Aku ingin masuk dalam permainanmu. Kubiarkan diriku bercampur dengan semua adonan yang kau sajikan. Aku sudah masuk ke dalam salah satunya. Aku menjadi bagian dari hidupmu, dan kau tentu saja menempatkan hatiku sekali lagi, mengingatkanku atas masa lalu. Biarlah. Aku memang ingin melanjutkan masa lalu itu. Aku penasaran. Aku ingin menyempurnakan rasa penasaranku yang tertunda dahulu. Aku sempat takut masuk ke dalam permainanmu, namun kuputuskan untuk meneruskannya. Biarlah semua berjalan seperti apa yang Allah inginkan.

***

Kau seorang yang membuat hidupku selama ini gundah mencari cinta, sekaligus menuntaskannya. Aku ingat! Duhulu aku dibuat pusing masalah cinta tapi kali ini aku dibuat pusing dengan masalah kasih sayang. Ya…aku hanya mengharapkan kasih sayang darimu karena cintaku sudah diputuskan hanya untuk Allah SWT. Allah yang tidak pernah meninggalkan aku dimana pun aku mendapat kabut kehidupan. Tapi kau, kau adalah insan yang akan meninggalkanku suatu saat nanti. Maka kuputuskan untuk merindukanmu, menyayangimu, dan menginginkanmu menjadi bagian hidupku tanpa berkata “love for you”.
“ berhembuslah engkau angin malam…bawa serta laguku…mengintari bumi ini hingga jauh…akulah seorang petualang yang mencari cinta sejati…sampai nanti aku akan tetap menanti…”
“Ups….sori….ribut”
“ Apaan sih ra..kalau kau hidupkan musik sampai pagi pun aku gak peduli…”
“ya…siapa yang suruh, yang kutahu kau akhir-akhir ini kau merindukannya terus. Tidak bosan apa? Tidak bosan? Dia tidak peduli denganmu…dia hanya menjadikanmu yang kedua”
“Tidak ada yang menyuruhmu berpendapat”
“oke, alangkah bodohnya adikku tercinta”
Siapa? Siapa kelak yang mengerti keputusan hatiku. Aku tidak peduli. Aku putuskan hanya Allah yang mengetahuinya. Hanya Ia yang ada saat gundahku menggebu-gebu. “hmmm….bila tiba waktuku, ku tak ingin seorang pun merayu, tidak juga kau”
“sepertinya begitulah keinginan hatiku”.
Di kamar berukuran pas dengan keinginanku ini aku habiskan untuk mencurahkannya di netbook. Apalah artinya semua yang kuungkapkan jika tak bisa aku abadikan. Ingin rasanya aku menjerit tapi sekali lagi akan kuputuskan untuk mendokumentasikannya. Dengar saja curhatku ini. Dia sekali lagi hadir dalam mimpiku. Namun ku biarkan saja dia hadir lalu pergi lagi. Ha..ha..

***
Biar kulajutkan. Saat itu aku inginkan dia didekatku. Kupaksa ia sejadi-jadinya. Mulai dari jurus boong-boongan sampai pada trik ngambek segala, tapi tak berhasil. Jadinya justru emosi yang menjadi-jadi. Huh… siapa yang mau ditelantarkan, lebih tepatnya kepeduliaannya sudah luntur di makan waktu saat ini. Pikiranku melayang membayangkan ia berjalan dengan wanita aduhai disana. Menertawakanku, membodohiku, ingin membuatku hampir gila. Ahh, bukankah kata-kata adalah doa. Tidak, tidak ingin kudoakan ia seperti itu. Akan aku doakan ia laki-laki terbaik. Ya…karena aku tak ingin mengenal pembohong untuk kedua kalinya.
Lantas apa alasan bagiku untuk mempercayai sepenuhnya orang yang baru saja aku kenal. Lagi-lagi aku beristighfar lalu berdoa “Ya Allah... berilah aku petunjuk seperti apa dia”. Sekian kali aku tak mampu menutupi kekhawatiranku ini. Lalu kuputuskan meminta pendapat beberapa sahabat. Allah berkata sebaik-baiknya manusia meminta nasehat kepada beberapa orang tidak hanya satu orang. Aku pun mendapat beberapa jawaban yang beragam. Bukannya tidak pusing. Akh..pusingnya. tapi aku coba saja untuk merangkum semuanya seperti yang dilakukan Jansen Sinamo dalam bukunya 8 Etos Kerja Profesional. Butuh banyak referensi baginya untuk bisa menyimpulkan 8 etos kerja dan butuh banyak waktu pula baginya. Aku pikirkan, Aku pikirkan, dan aku pikirkan lagi. Dengan cukup yakin aku punya jawabannya. Ya…aku jalani saja. Ha..ha.. apa pusingnya sih.
Piawainya hamba Allah yang satu ini dalam berpikir, pikirku dalam hati. Hari itu aku tak ingin ambil pusing lagi. Aku hidupkan lagu-lagu terbaik dari jajaran eropa hingga Asia dan tentunya Indonesia. Aku jadi ingat lagu Indonesia Raya dan aku jadi ingat lagu “Beraksi” yang dipopulerkan Grup Band Kotak, lalu aku ingat bukankah Indonesia berambisi sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Indahnya seindah anganku untuk menjadikan dia imamku. Sudah lama memang bahkan sejak kecil aku inginkan seorang imam. Imamku dahulunya ayahku namun, aku sudah dewasa, ia juga sudah pergi, yang kupunya hanya tangis. Ku doakan untuk diriku agar Allah memberi aku imam seperti ayahku itu. Ya…aku melihat itu pada dirinya. Tapi apalah yang sudah kupikirkan? Aku tak pantas berpikir begini karena aku harus berpikir untuk orang-orang terdekatku, ibu dan kakak. Merekalah. Seharusnya mereka. Dia masih menjadi bubur nasi belum nasi. Huh..
Bertuturlah cinta mengucap satu nama. Dia. Apa Dia? Ya Allah hambamu akan mensyukuri tiap-tiap yang kau pilih. Aku hanyalah manusia bodoh. Kau yang pintar memilihkan imam yang terbaik untukku. Kau lah Yang Maha Pintar.
Ku akan panjatkan padaMu Yang Maha Cinta. Garis tangan yang tergambar ini sebagai awal aku melihat petunjukmu. Hmm…..aku akan bersujud syukur seandainya memang dia. Itu semua masih lama.
“aku tak ingin membohongi diriku lagi dan juga tak ingin membohongi dirimu. Aku selalu memikirkanmu. Seandainya kau kirimkan malaikatmu disini aku tak akan lagi meneteskan air mata ini yang tiada berhenti mengiringi kisah di hatiku. Biar malaikat itu menjadi kawan hidupku dan tunjukkanlah jalan yang kau pilihkan untukku. Aku, di dunia ini, aku tak mau sendiri.”
***
“Apa pernah adek menuntut dari abang?”
“tidak”
“lalu jika abang fine kenapa takut?”
“kalau adek gak percaya sama abang lebih baik tidak usah kita jalani hubungan ini”
“Begitu”
Akh…gila dia. Dia sudah gila. Berkata tanpa berpikir. Inginnya aku memaklumi kata-katanya. Tapi aku gundah, goyah, rapuh, sulit sekali harus memikirkannya. Air mataku menetes. Tidak taukah dia. Berjuang aku berdoa yang terbaik untuknya. Tidak taukah? Dia pikir aku ini apa? Apa? Selintas aku takut. Takut. Hatiku sudah aku titipkan padanya. Tapi bagaimana jika ia buang percuma. Aku akan tercabik. Aku akan hancur. Saat seperti itulah aku mengingat Allah. Ya..masih ada Allah. Dia masih sayang padaku.
Demi menjaga keamanan hatiku, aku mencoba mengotak-atik buku, netbook, menyanyikan lagu, dan apa sajalah. Aku tak boleh mencintainya. Tidak boleh hati yang berharga ini kutitipkan padanya. Tidak. Aku tak perlu menangis karenanya. Tidak. Dia orang baru. Tak pantas aku tangisi. Seandainya aku jadikan dia saudara laki-lakiku aku akan tetap memilikinya. Kuketahui dari awal ia lebih berharga sehingga aku tak ingin jadikan dia hanya sebagai perhiasan belaka. Tidak. Siapapun dia, yang kutau candanya adalah candaku.
Untuk apa aku menyesali apa yang telah terjadi dalam hiduku ini? Aku inginkan bungkam sejenak. Berpikir lebih jernih. Apa dia punya masalah? Aku ingin menyelesaikannya jika diizinkan. Aku tak ingin ia menyalahkanku atas masalahnya. Aku tak ingin menjadi bebannya. Sepertinya diam adalah jalannya. Itulah kata Rasulullah SAW.
Aku diam saja. Aku biarkan waktu ini untuk ia berpikir dan untuknya berpikir. Namun aku sudah menemukan jawabnya. Syukur. Aku harus mensyukuri rasa ini. Aku harus menikmatinya. Cinta memang harus mengucap syukur.



(masuk buku antologi cerpen "cermin", HMJ BSI SUMUT)

2 komentar:

  1. COOL ....!!!

    berkibarlah .......
    kami juga sama [ bersamamu -kak - KOMPAK ]

    ngomong2 kapan KOMPAK ada gawean ?

    BalasHapus
  2. ide bagus ne kyknya...
    oh iya, q mw nanya ne k'admin kompak...
    apa ja syaratnya klo mw jd anggota?
    soalnya q juga punya sdikit hobi coret-coret...
    tolong dikabari ya...

    ne no q: 08160016619, Rinjani Panjaitan
    Unimed.
    Thnx

    BalasHapus

logo KOMPAK

logo KOMPAK

Serambi KOMPAK

SEKILAS TENTANG KOMUNITAS PENULIS ANAK KAMPUS (KOMPAK) A. Sejarah Singkat Kelahiran KOMPAK Pada awalnya salah seorang aktivis lembaga kampus yaitu Dani Sukma Agus Setiawan (mahasiswa UNIMED) mempunyai gagasan untuk membentuk sebuah wadah intrakampus yang berkonsentrasi penuh pada ranah kepenulisan. Gagasan tersebut mendapat sambutan hangat dari Rudi Hartono Saragih (mahasiswa Universitas Negeri Medan), Sri Rizki Handayani dan Budianto (mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara). Karena wadah ini merupakan kumpulan dari beberapa kampus, maka keempat pemrakarsa sepakat memberikan nama KOMPAK (Komunitas Penulis Anak Kampus) pada wadah tersebut. Keempat pemrakarsa juga sepakat member nama pada tim mereka dengan sebutan Catur Karya. Kata “catur” berarti empat, sedangkan “karya” merupakan mencipta atau menghasilkan sesuatu. Jadi catur karya bermankna empat orang yang mencipta atau menghasilkan sesuatu. Catur karya bekerja sama dan sama-sama bekerja menyatukan gagasan-gagasan selektifitas. Setelah melalui musyawarah panjang berdasarkan pemikiran-pemikiran dari catur karya, maka Komunitas Penulis Anak Kampus (KOMPAK) dideklarasikan atau resmi dibentuk pada tanggal 23 Desember 2008 bertepatan tanggal di gedung Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Kronologis Kelahiran KOMPAK Dilihat dari segi kronologis sejarah kelahiran KOMPAK, tidak terlepas dari tuntutan menumbuhkembangkan aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menumbuhkembangkan budaya menulis merupakan aspek yang seharusnya melekat dalam diri mahasiswa. Namun dilematisnya sering sekali budaya menulis hanya sebagai rutinitas memburu gelar akademik semata. Dengan kata lain wabah menulis yang menjangkiti paradigma berpikir seorang mahasiswa hanya demam S.Pd (sarjana Pendidikan) yang begitu kronis untuk diobati. Bukan bermaksud menaifkan gelar, tetapi alangkah baiknya jika gelar itu ditunjang dengan keterampilan menulis. Untuk mampu menulis mahasiswa harus sering menyimak informasi, membaca beberapa referensi dan bertukar fikiran dengan orang lain. Artinya dengan menulis seorang mahasiswa akan berpengetahuan luas dan wajib bagi mahasiswa untuk meningkatkan wawasannya. Oleh karena itulah catur karya termotivasi untuk membentuk wadah kepenulisan guna menumbuhkembangkan budaya menulis. Jadi sebagai mahasiswa kita harus mencatat sejarah. Karena, sejarah tidak akan pernah mencatat dirinya sendiri jika kita tidak pernah mencatatnya. B. Azas, Sifat, dan Tujuan Umum a. Azas Komunitas Penulis Anak Kampus (KOMPAK) berasaskan Pancasila b. Sifat KOMPAK adalah organisasi kemahasiswaan yang bersifat independen, ilmiah serta professional yang berorientasi pada kemajuan, keahlian dan peningkatan potensi penulisan. c. Tujuan KOMPAK bertujuan untuk melahirkan profesionalitas dan karakter penulis yang handal, memiliki dedikasi yang tinggi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dari aspek kepenulisan serta untuk memasyarakatkan karya melalui media massa. C. Visi dan Misi KOMPAK a. Visi Pengembangan sastra Indonesia dalam pembangunan bangsa. b. Misi 1. Mempercepat silaturrahmi antar pelaku seni 2. Mengoptimalkan pola berpikir, berperilaku dan berbudaya sastra melalui pelatihan 3. Memaksimalkan pengiriman karya ke media massa secara lebih aktif 4. Mengaplikasikan karya dalam bentuk seni pertunjukan 5. Menerbitkan buku sastra D. Kepemimpinan dan Keanggotaan KOMPAK a. Kepemimpinan 1. Diangkat melalui forum permusyawaratan resmi untuk masa jabatan tertentu 2. Bersifat demokratis dan religious serta memiliki loyalitas dan dedikasi atas tugas dan tanggung jawab b. Keanggotaan 1. Terdiri dari mahasiswa yang memiliki visi dan misi yang sama dengan KOMPAK 2. Diatur dengan system administrasi tertentu 3. Masa aktif keanggotaan 2 tahun setelah selesai studi 4. Pelatihan dan pengembangan anggota merupakan sasaran dan prioritas utama aktivitas KOMPAK E. Pengambilan Keputusan 1. Keputusan hanya dapat dilakukan melalui musyawarah resmi 2. Keputusan yang menyangkut teknis operasional dan hal-hal yang insidentil dapat diambil oleh unsure pimpinan tertentu. F. Struktur Organisasi KOMPAK Struktur organisasi KOMPAK terdiri atas Penasehat, Pembina, Ketua Umum, wakil Ketua, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Koordinator.